LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DENGAN METODE IODINE
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI
KUALITATIF KARBOHIDRAT DENGAN METODE IODINE
Disusun Oleh:
NoviyaniWidiyastuti (47417007)
PuspaDewiRahmadani (47417014)
ShyntiyaAyu Lestari (47417028)
Warip (47417042)
Dosen Pengampu
Adinda
Nurul Huda M, SP., MSi
Inti MulyoArti, STP., MSc.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat sangat
dibutuhkan didalam tubuh kita. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi
hampir seluruh penduduk dunia, khususnya
bagi penduduk negara yang sedang
berkembang. Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram
karbohidrat hanya 4 kal (kkal) bila di
banding protein dan lemak. Karbohidrat adalah senyawa makromolekul yang
terdapat pada bahan pangan yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan
oksigen.
Karbohidrat sangat
penting bagi manusia karena berfungsi sebagai penghasil energi utama di dalam
tubuh. Untuk beraktivitas kita
membutuhkan energi, energi diperoleh dari bahan-bahan makanan yang mengandung
karbohidrat. Sumber utama karbohidrat yang sangat sering kita tahu seperti beras, jagung, kentang, ubi, sagu, susu. Karbohidrat
adalah jenis zat gizi yang mempunyai fungsi utama sebagai sumber energi untuk
tubuh. bahkan, karbohidrat khususnya
gula adalah makanan utama untuk otak. Jadi, jika tidak bisa menghindari
karbohidrat sama sekali hanya demi membuat berat badan turun. Bila melakukannya,
maka banyak masalah kesehatan yang akan timbul setelahnya.
Analisa karbohidrat
secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat dalam
bahan pangan. Metode iodin dapat digunakan untuk menganalis karbohidrat secara
kualitatif. Jenis karbohidrat yang di uji dengan metode karbohidat adalah
karbohidrat jenis polisakarida. Polisakarida ditambahkan iodin akan membentuk
warna berbeda sesuai dengan jenis karbohidratnya.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum uji karbohidrat
dengan iodin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan polisakarida
(pati) yang terdapat pada berbagai macam bahan pangan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian karbohidrat
Karbohidrat
atau sakarida adalah golongan besar senyawa organik yang tersusun hanya dari
atom karbon, hidrogen dan oksigen. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana
terdiri dari satu molekul gula sederhana. Terdapat tiga golongan utama
karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida
atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi aldehida atau
keton. Oligosakarida terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang
digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Polisakarida terdiri dari rantai
panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida (Umar, 2008).
Karbohidrat
adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama pada makanan. Nasi, ketela,
jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat. Penyusun utama
karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan rumus umum
Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama
karbohidrat diberikan. Karbohidrat berasal dari kata ‘karbon’ dan ‘hidrat’.
Atom karbon yang mengikat air (Haris, 2013).
Karbohidrat
merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan di
samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan
makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat yang dihasilkan oleh
tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji
sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan di bentuk dari
beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
2.2 Jenis-Jenis Karbohidrat
1. Monosakirida
Karbohidrat
paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Bentuk
lain dibedakan kembali menurut jumlah atom C yang dimiliki dan sebagai aldosa
dan ketosa. Monosakarida yang terpenting adalah glukosa, galaktosa, dan
fruktosa (Yazid dan Nursanti,
2006). Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009), monosakarida ialah karbohidrat
yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon
saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain.
Tiga senyawa gula yang penting dalam monosakarida adalah glukosa, fruktosa dan
galaktosa.
a. Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa,
disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa
merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah kita. Glukosa
dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat
penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk
menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti
pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi (Budiman,2009).
b. Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa.
Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan
glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa
mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut
dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi
(Budiman,2009).
c. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut
juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya
heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat
dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Fruktosa dapat terbentuk dari
hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa dan fruktosa adalah salah satu
gula pereduksi (Budiman,2009).
2. Disakarida
Senyawa
yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa
molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikan satu dengan yang
lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang paling banyak
terdapat dalam alam ialah disakarida (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).
Disakarida merupakan karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul
monosakarida yang sama atau berlainan, misalnya sukrosa, maltosa dan laktosa
(Iswari & Yuniastuti, 2006).
Karbohidrat
yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan monosakarida. Oligosakarida yang
umum adalah disakarida, yang terdiri atas dua satuan monosakarida dan dapat
dihidrolisis menjadi monosakarida. Contoh: sukrosa, maltosa, dan laktosa (Yazid
dan Nursanti, 2006).
3. Polisakarida
Karbohidrat
yang tersusun dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau
bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis pleh asam atau enzim tertentu yang
kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida
dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh:
amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa.
a.
Pati merupakan bentuk
karbohidrat yang disimpan dalam bentuk karbohidrat tanaman. Pati terdiri dari 2
fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa
dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus
dengan ikatan (-(1,4)) D-Glukosa. Sedang amilopektin mempunyai cabang dengan
ikatan (-(1,6)) D-Glukosa. Glukosa sebanyak 4-5% dari berat total. Sumber pati
anatara lain: biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian, dan buah yang belum
matang. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Berbagai
macam pati tidak samaa sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta
apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya (Budianto, 2009).
2.3 Kentang
Pati kentang merupakan polisakarida
hasil sintesis dari tanaman hijau melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk
kristal bergranula yang tidak larut dalam air pada temperatur ruangan yang
memiliki ukuran dan bentuk tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan
sebagai pengental dan penstabil dalam makanan (Fortuna et al.,2001). Komposisi
pati pada umumnya terdiri dari amilopektin sebagai bagian terbesar dan sisanya
amilosa, dimana masing-masing memiliki sifat-sifat alami yang berbeda yaitu
10-20% amilosa dan 80 -90% amilopektin. Amilosa tersusun dari molekul-molekul
glukosa dengan ikatan (1,4)-glikosida membentuk rantai linier. Amilopektin
terdiri dari rantai-rantai amilosa (1,4)-glikosida yang saling terikat
membentuk cabang dengan ikatan (1,6)-glikosida. Pati kentang mengandung amilosa
sekitar 23% dan amilopektin 77% (Sunarti, 2002).
2.4 Susu
Susu merupakan suatu
emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa senyawa terlarut. Agar lemak
dan air dalam susu tidak mudah terpisah, maka protein susu bertindak sebagai
emulsifier (zat pengemulsi). Kandungan air di dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar
87,5%, dengan kandungan gula susu (laktosa) sekitar 5%, protein sekitar 3,5%,
dan lemak sekitar 3-4%. Susu juga merupakan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin
A yang sangat baik. Mutu protein susu sepadan nilainya dengan protein daging
dan telur, dan terutama sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino
esensial yang sangat dibutuhkan tubuh (Widodo, 2002).
2.5 Pisang
Buah pisang adalah salah
satu buah yang mengandung gizi cukup tinggi dengan nilai kalori 120 kalori dan
dilengkapi dengan berbagai macam vitamin dan mineral, selain itu juga mempunyai
kandungan zat pati yang cukup tinggi 30mg/100gram. Nilai energi pisang sekitar
89 kkal untuk setiap 100 gr, karbohidrat 22,84 gr (Supriyono, 2012).
2.6 Bawang Merah
Kandungan gizi dalam
setiap 100 g umbi bawang merah meliputi 39 kalori, 1.5g protein (Setijo, 2003).
2.7 Nasi
Kandungan
karbohidrat pada beras putih mentah dalam 100 gram yaitu sekitar 80 gram, namun
dalam 100 gram nasi putih hanya terkandung sekitar 28 gram karbohidrat karena
beratnya bertambah besar dengan air sewaktu proses memasak.
2.8 Apel
Komponen
pada buah apel pektin, yaitu sekitar 24%. Kandungan pektik pada buah apel
terdapat pada sekitar biji, dibawah kulit dan hati. Pektin tersebut akan
membentuk gel apabila ditambah gula pada kisaran ph tertentu. Pektin memegang
peran penting dalam pembuatan jus (sari buah), jeli, selai, dan dodol. Buah
apel (malus sylvestris mill), selain mempunyai kandungan senyawa pektin juga
mengandung zat gizi lain. Salah satu kandungan gizi dalam apel yaitu karbohidrat
sekitar 14,0 gram.
2.9 Uji karbohidrat
Uji karbohidrat biasanya
menggunakan uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji fehling, uji
fermentasi, uji selliwanoff, uji osazon, dan uji iod. Uji molisch tidak
spesifik terhadap karbohidrat. Uji benedict digunakan untuk mendeteksi adanya
gula pereduksi dalam sampel. Uji barfoed
dapat membedakan monosakarida dengan disakarida. Uji fermentasi untuk
hidrolisis gula oleh khamir. Uji selliwanoff untuk membedakan gugus fungsi dari
glukosa. Uji osazon untuk mengetahui bentuk gugus glukosa. Uji iod dapat
mendeteksi kandungan amilosa dalam pati (Suhardi, 2005).
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan
Tempat
Pada praktikum Uji Karbohidrat
menggunakan Metode iodin Mata Kuliah Biokimia dilaksanakan pada Senin, 19
November 2018 Pukul 10.30 – 12:00 WIB di
Laboratorium Kampus F7 Universitas Gunadarma, Ciracas.
3.2. Alat dan
Bahan
3.2.1.
Alat
1) Gunting
2) Pisau
3) Palet
kaki
4) Spatula
5) Alu
6) Mortar
7) Alat
tulis
8) Kamera
handpone
9) Kertas
Label
3.2.2. Bahan
1) Kentang
(rebus, mentah)
2) Nasi
3) Pisang
4) Apel
5) Bawang
merah
6) Susu
7) Air
8) Larutan iodine
3.3. Prosedur
Kerja
1)
Siapkan
alat dan bahan untuk praktikum.
2) Kupas kulit kentang,
pisang, apel, bawang merah
3) Bahan-bahan
yang akan dijadikan sampel dipotong kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan
mortar dan alu.
4) Setelah
dihaluskan sampel dimasukkan pada
palet yang telah disediakan.
5) Masing-masing
sampel ditetesi dengan larutan iodin sebanyak 3 tetes untuk (kentang mentah,
bawang merah, nasi, dan apel) sedangkan untuk susu, kentang matang dan pisang
(6 tetes), dan susu sebanyak 7 tetes.
6) Aduk sampai merata.
7) Diamkan selama 2-3 menit,
kemudian amati perubahan warna yang terjadi, serta mencatat hasil dari
pengamatan
yang telah dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum uji kualitatif
karbohidrat dengan menggunakan metode iodin adalah sebagai berikut:
Gambar 2. sesudah penambahan iodin
No
|
Sampel
|
Perubahan
Warna
|
||
Sebelum
|
Sesudah
|
Jumlah iodin
|
||
1.
|
Kentang Mentah
|
Kuning kecoklatan
|
Biru Kehitaman
|
3 tetes
|
2.
|
Kentang
Rebus
|
Kuning
|
Ungu
Gelap
|
6
tetes
|
3.
|
Nasi
|
Putih
|
Ungu Gelap
|
3 tetes
|
4.
|
Susu
|
Putih
|
Tidak
berubah (tidak berwarna)
|
7
tetes
|
5
|
Pisang
|
Coklat pucat
|
Coklat gelap
|
6 tetes
|
6.
|
Apel
|
Coklat
|
Coklat
gelap
|
3
tetes
|
7.
|
Bawang Merah
|
Ungu Pucat
|
Hijau Muda
|
3 tetes
|
4.2 Pembahasan
Analisa
karbohidrat secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
karbohidrat dalam bahan pangan. Pada praktikum ini pengujian kandungan
karbohidrat dilakukan dengan menggunakan iodine. Adapun hasil yang diperoleh
yaitu terjadi perubahan warna pada kentang, nasi, pisang, apel dan bawang
merah. Sedangkan pada susu tidak terjadi perubahan warna baik sebelum dan
sesudah ditetesi iodin.
Penetapan kandungan
karbohidrat pada kentang mentah dan kentang rebus dengan perlakuan penambahan
iodin adalah dengan menambahkan larutan
iodine sebanyak 3 tetes pada kentang menah dan 6 tetes pada kentang rebus dan
dihomogenkan kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Sebelum ditambahkan
dengan iodin kentang mentah berwarna
kuning kecoklatan dan
setelah penambahan iodin kentang mentah berubah menjadi biru kehitaman.
Sedangkan pada kentang rebus, kentang berubah warna dari kuning menjadi ungu
gelap . Perubahan warna terjadi karena kentang mempunyai kandungan karbohidrat
berupa polisakarida yaitu pati yang ditandai dengan adanya amilosa dan
amilopektin. Menurut Sunarti et al., (2002) menyatakan bahwa pati kentang
mengandung amilosa sekitar 23% dan amilopektin 77%. Kandungan amilum pada
kentang akan berubah warna menjadi biru apabila ditambahkan dengan larutan
iodium, hal ini sesuai dengan pandapat Bintang (2010), yang menyatakan bahwa
polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna
yang spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium menghasilkan warna biru.
Penetapan kandungan
karbohidrat pada nasi dengan perlakuan penambahan iodin adalah dengan menambahkan larutan iodine
sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan kemudian diamati perubahan warna yang
terjadi. sebelum ditambahkan iodine sampel nasi bewarna putih, namun setelah
ditambahakan iodin sampel nasi berubah warna menjadi ungu gelap. Perubahan
warna pada sampel nasi mengidentifikasikan adanya kandungan karbohidrat pada
nasi. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Puspowidowati (2011), nasi putih memiliki kadar
glukosa sebesar 31,76%. Bagian terbesar karbohidrat
dalam beras ialah pati (85% hingga 90%) dan hanya sebagian kecil pentosa,
selulosa, hemiselulosa, dan gula.Pati
terdiri atas amilosa dan amilopektin. Iodin ditambahkan dalam sampel
menyebabkan perubahan warna pada sampel.
Terbentuknya warna ungu gelap pada larutan karbohidrat dikarenakan
amilum pada nasi bereaksi dengan iodin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan
(2011) bahwa iodin yang ditambahkan mengakibatkan perubahan warna pada
sampel karbohidrat.Selain itu, Mustaqim(2012)
menambahkan bahwa Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks
berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat
terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan
iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa
direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin
direaksikan dengan iodium akan memberikan warna ungu kehitaman. Warna ungu
gelap pada sampel nasi mengidentifikasikan kandungan amilofektin yang lebih
banyak pada nasi.
Penetapan kandungan
karbohidrat pada pisangdan apel dengan perlakuan penambahan iodin adalah dengan menambahkan larutan iodine
sebanyak 6 tetes pada pisang dan 3 tetes pada apel dan dihomogenkan kemudian
diamati perubahan warna yang terjadi.sebelum ditambahkan iodine sampel pisang
bewarna coklat pucat, namun setelah ditambahakan iodin sampel pisang berubah
warna menjadi coklat gelap. Perubahan warna pada sampel pisang
mengidentifikasikan adanya kandungan karbohidrat pada pisang. Menurut
supriyono(2012) pisang mempunyai
kandungan zat pati yang cukup tinggi 30mg/100gram. Nilai energi pisang sekitar
89 kkal untuk setiap 100 gr, karbohidrat 22,84 gr .selain itu Bello et al (2005)
menambahkan bahwa Komponen
karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan
diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %) .
Kandungan gizi dalam apel
yaitu karbohidrat sekitar 14,0 gram. Pada uji karbohidrat dengan iodine
peubahan warna terjadi pada pisang dan apel menjadi coklat gelap. Perubahan
warna pada pisang dan apel mengidentifikasikan adanya kandungan karbohidrat
pada pisang dan apel. Adapun jenis karbohidrat yang terdapat pada pisang dan
apel adalah karbohidrat jenis monosakarida ataupun diskarida berupa glukosa atuapun
maltosa. Hal ini sesaui literatur yang dikemukakan oleh Amalia(2004) yang
mengemukakan bahwaDekstrin yang diuji secara kualitatif dengan
uji iodin sehingga dihasilkan warna merah kecoklatan ,
sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru,
pada maltosa dan glukosa dengan penambahan iodin memberikan warna kecoklatan
Penetapan kandungan
karbohidrat pada bawang merah dan susu dengan perlakuan penambahan iodin adalah dengan menambahkan larutan iodine
sebanyak 3 tetes pada bawang merah dan 7
tetes pada sampel susu dan dihomogenkan kemudian diamati perubahan warna yang
terjadi. sebelum ditambahkan iodine sampel bawang merah bewarna ungu pucat,
namun setelah ditambahakan iodin sampel bawang merahberubah warna menjadi hijau muda. Pada sampel susu tidak terjadi
perubahan warna baik sebelum ataupun sesudah pemberian iodin. Pada bawang merah
Kandungan gizi dalam setiap 100 g umbi bawang merah meliputi 39 kalori, 1.5g
protein (Setijo, 2003). Pada susu Kandungan air di dalam susu sangat tinggi,
yaitu sekitar 87,5%, dengan kandungan gula susu (laktosa) sekitar 5%, protein
sekitar 3,5%, dan lemak sekitar 3-4%(Widodo, 2002). Perubahan warna bawang
merah menjadi hijau muda ataupun tidak adanya perubahan warna pada susu
mengidentifikasikan kandungan karbohidrat jenis polisakarida yang rendah pada
bawang merah dan susu. Polisakarida umumunya membentuk rantai helik sehingga
dapat berikatan dengan iodine. Prinsip polisakarida dengan menambahkan iodium
akan mebentuk kompleks absorpsi warna yang spesifik. hal ini sesuai dengan
pandapat Bintang (2010), yang menyatakan bahwa polisakarida dengan penambahan
iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau
pati yang dengan iodium menghasilkan warna biru. Perubahan warna bawang merah
menjadi hijau muda dan susu yang tidak berubah warna mengidentifikasikan
kandungan karbohidrat jenis polisakarida yang sedikit pada buah apel dan pisang
BAB
V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan iodin menyebabkan
perubahan warna pada kentang mentah dan kentang rebus, nasi, pisang, apel dan
bawang merah. Penambahan iodin tidak menyebabkan perubahan warna pada susu.
Penambahan iodin menandakan adanya kandungan polisakarida berupa pati yang
tinggi pada masing-masing bahan yang mengalami perubuahan warna secara spesifik
seperti kentang rebus, kentang mentah dan nasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Amalia.2004.
Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.Jakarta :Elektrokardiogram.
Bello-Pérez, L.A. A. De Francisco,
E. Agama-Acevedo, F. Gutierrez-Meraz, F. J.L. García-Suarez. 2005.
Morphological and Molecular Studies of Banana Starch. SAGE Publications
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian.Jakarta:
Erlangga
Budianto, AK. 2009.
Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Budiman, A.K, 2009.
Protein dan Asam Amino. Universitas Sumatra Utara. Sumatra.
Ditojo, Setijo. 2003.
Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.
Haspari, Nurul Retno, Nawazirul Lubis dan Widiartanto. 2015. Variasi Proses dan Grade Buah Apel pada Pengolahan
Sari Apel. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 4 No 3.
Haris,. 2013. Wawancara Observasi dan Fokus Groups Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif, Jakarta : Rajawali Press
Iswari, Retno S dan Ari
Yuniastuti. 2006. Biokimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pitojo, Setijo. 2003. Benih Bawang Merah.
Yogyakarta: Kansius
Poedjiadi, A. dan
Supriyanti, T. 2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta : UI-Press
Puspowidowati, A. 2011. Penentuan Propil Gula Pereduksi dari
Beras, Jagung Guling dan Jagung Pipilan(suatu upaya untuk pangggilan pangan
altenatif berindeks glikemik rendah bagi penderita diabetes) [thesis]. Surabaya(ID): Universitas Airlangga
Sirajuddin, S., dan
Najamuddin U., 2011. Biokimia. UNHAS-Press. Makassa
Suhardi.
2005. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Universitas Ilmu Pangan
dan Gizi.
Sunarti, TC. 2002. Study on Outer Chains from Amylopectin between
Immobilized and Free Debranching Enzymes. J. Appl. Glycosci.
Supriyono. 2003. Mengukur
Faktor-Faktor dalam Proses Pengeringan. Jakarta: Gramedia
Umar, S. 2008. Analisis
Karbohidrat. Jakarta : Grafindo Persada.
Widodo W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Malang. Pusat Pengembangan
Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Yazid, E. dan Nursanti,
L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: Penerbit Andi
Lampiran 1
Hasil
Gambar 5. Setelah penambahan iodin
Komentar
Posting Komentar